Kamis, 22 Juni 2017

Nomor Pertandingan


NOMOR – NOMOR
PERTANDINGAN CABANG OLAHRAGA KARATE
Berdasarkan peraturan terbaru yang dikeluarkan  WKF(World  Karate
-do Federation), nomor  - nomor  yang dapat dipertandingkan pada kejuaraan cabang
olahraga  karate  dibagi  dalam  dua  kategori,  yaitu kata dan kumite dan dibedakan  menurut  jenis  kelamin  (putra  dan  putri)  dan  umur  (pemula,  kadet, yunior  dan  senior).  Pertandingan  kata  dibagi  dalam  dua  nomor,  yaitu  :

Janji Atlit

Janji Atlet

Kami atlet FORKI berjanji:

1. Akan bertanding dengan sportivitas yang tinggi dan berjiwa Karate-Do dengan menjunjung sumpah Karate

Rabu, 21 Juni 2017

Kumite

KUMITE

Ø  Pendahuluan
        Kumite merupakan bagian dari latihan Karate yang mengajarkan Karateka untuk mempraktekkan teknik menyerang, bertahan, dan menyerang balik dengan sungguh-sungguh dan konsentrasi tinggi.
Kumite adalah bagian dari Karate yang merupakan hal baru, pada saat Bapak Karate Gichin Funakoshi masih hidup tidak ada latihan kumite. Yang Beliau ajarkan hanya Kihon dan Kata. Tetapi setelah Beliau wafat dan diteruskan oleh anaknya, serta Karate mulai diajarkan di sejumlah universitas di Jepang, mulailah Kumite dan kompetisi menjadi populer.
Merupakan kesalahan besar, jika kita menganggap latihan Kumite adalah segalanya, Matoshi Nakayama ( Dan IX ), mengatakan “ Di dalam Kata, kita sudah berlatih dengan musuh yang di bayangkan, hanya gerakan tubuh dan menggunakan lebar jarak dalam teknik menangkis dan menyerang.” Kumite akan mengingatkan kita pada hal-hal kecil tetapi merupakan hal penting yang terkandung dalam Karate, oleh karena itu tanpa penguasaan Kihon dan Kata yang baik, kita tidak akan melakukan Kumite dengan baik.
Jika teknik Karate digunakan dengan paksaan atau dengan jalan kekuatan, tubuh akan menjadi rusak, dan jika teknik Kata menjadi rusak ketika diaplikasikan, maka latihan Kumite tidak akan mencapai tujuannya. Dengan kata lain, pengembangan latihan Kumite berhubungan secara langsung dengan pengembangan dalam Kata, keduanya berjalan bersama-sama seperti tangan yang memakai sarung tangan.
       Etika dan sikap hormat kepada pasangan latihan Kumite harus diperlihatkan ketika melakukan praktek Kumite. Ketika latihan Kihon di Dojo, Karateka harus melangkah ke depan dengan kecepatan dan tenaga, teriakan “ Kiai “ memperlihatkan semangat yang baik. Ketika berlatih Kumite, Karateka melakukan gerakan melangkah ke belakang untuk memperlihatkan sikap hormat dan terima kasih kepada pasangan yang telah membantunya dalam latihan. Latihan Kumite dimulai dan diakhiri oleh masing-masing pasangan dengan sikap “ Musubi-Dachi “ ( sikap berdiri, tumit menyentuh lantai, dan ujung kaki membentuk sudut 45°, tangan terbuka dan menyentuh paha bagian luar ) berhadap-hadapan dan saling memberi hormat dengan membungkukkan badan.

Jepang
Kihon Ippon Kumite
Keashi Ippon Kumite
San-Bon Kumite
Go-hon Kumite
Okuri Jiyu Ippon Kumite
Jiyu Ippon Kumite
Jiyu Kumite
Indonesia
Pertarungan Dasar Dua Langkah
Pertarungan Dua Langkah
Pertarungan Tiga Langkah
Pertarungan Lima Langkah
Pertarungan Semi Bebas Dua Langkah
Pertarungan Semi Bebas
Pertarungan Bebas

Ø  Kihon Ippon Kumite
Metode ini dimulai dengan perintah “ Yoi “ ( siap ), kedua pasangan menggerakan kaki kanan, bergerak hingga membentuk sikap “ Hachiji-Dachi “        ( kaki terbuka selebar bahu, ujung kaki membentuk sudut 45° ). Karateka yang menyerang pertama mengambil sikap Gedan Barai kanan atau kiri sesuai dengan instruksi, dan memberitahukan tingkat kecepatan, tingkat dan teknik serangan. Karateka yang bertahan berkonsentrasi atau memikirkan teknik tangkisan yang akan digunakan dan memberitahukan kepada Karateka penyerang dengan kata “ Osh “. Karateka penyerang harus memfokuskan serangan kepada target yang ditentukan dengan semangat dan kontrol yang baik, menjamin bahwa teknik yang telah dilakukan dengan baik ( sikap, pernapasan, dan Kime ). Karateka bertahan harus memperlihatkan semangat dan kontrol, menjamin bahwa teknik yang telah dilakukan dengan baik (sikap, pernapasan, dan Kime ). Kedua Karateka harus kembali pada pada posisi semula dan menyatakan “ Zansin “ ( kesadaran penuh dan kesiapan ), hingga instruktur mengatakan “ Yamea ” ( stop ) dan “ Enyoi “ (istirahat). Ketika kita berlatih dengan pasangan, kita bertanggung jawab atas keselamatannya.
Tujuan Þ Mengarahkan Karateka untuk berlatih teknik pukulan, tendangan, serangan, serangan dan tangkisan dengan musuh dan merasakan melawan dengan teknik Karate ketika barhadapan langsung dengan orang lain. Mendemontrasikan pentingnya latihan teknik jarak, waktu, gerakan dan Kime yang baik.

Ø  Go-hon Kumite
Metode ini dimulai seperti Kihon Ippon Kumite, tetapi penyerang melakukan serangan lima langkah ke depan untuk mencapai target, dan Karateka bertahan melangkah mundur lima langkah dan menagkis lima kali, setelah tangkisan kelima, Karateka bertahan melakukan serangan balik dengan “ Gyaku-Zuki “ (berteriak “ Kiai “ ketika menyerang dengan kecepatan dan tenaga). Go-Hon Kumite selalu dilatih lamban dengan hitungan, cepat dengan hitungan, dan cepat penuh tenaga tanpa hitungan. Ketika latihan cepat dan penuh tenaga, Karateka penyerang tidak harus bergerak ke depan dengan irama, tetapi dia harus merencanakan serangan untuk dapat merusak pertahanan Karateka bertahan. Karateka bertahan dilarang bergerak mundur sebelum serangan terjadi.
Pada semua latihan Kumite Masing-masing Karateka  harus berkonsentrasi penuh dan latihan dengan serius, sebab jika kehilangan konsentrasi akan menyebabkan kecelakaan.
Tujuan Þ Tujuannya sama dengan Ippon Kumite.

ISTILAH-ISTILAH LAIN DALAM KARATE-DO

Seni bela diri Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang, sehingga semua penamaan gerakan dasar ( Kihon ) dan Kata ( Jurus ) tentu saja menggunakan bahasa Jepang. Sebagai pemula seperti kita kadang-kadang sulit sekali menghafal nama-nama atau istilah dalam Karate. Di bawah ini adalah istilah-istilah atau kata-kata yang digunakan ketika kita berlatih Karate di Dojo.

Ariga yoi / Karateka Yoi         : Bersiap
Yeamea                                   : Selesai atau istirahat
Noure                                      : Beri Hormat
Yoi                                          : Beri Hormat / siap
Azime                                      : Mulai
Khotai                                     : Berputar
Gore                                        : Dengan hitungan
Mogore                                    : Tanpa hitungan atau hitung dalam hati
Kime                                       : Bentuk dasar
Yuriashi                                   : Bergeser
Ghosuko                                  : Latihan Bersama / gabungan
Onsuko                                    : Mencederai lawan dalam pertandingan
*) Dalam Karate mencederai lawan dalam pertandingan adalah hal yang tidak diperbolehkan

Tentang Karate

TENTANG KARATE



1.Tingkatan sabuk (Obi) dan kyu dalam karate :
   a.Sabuk putih (Shiro Obi) kyu 10 atau 9,5 atau 9
   b.Sabuk kuning ( Ki Obi) kyu 8,5 atau 8 atau 7,5
   c.Sabuk hijau (Midori Obi) kyu 6,5 atau 6
   d.Sabuk biru (Ao Obi) kyu 5,5 atau 5 atau 4,5 atau 4
   e.Sabuk coklat (Cha Obi) kyu 3,5 atau 3 atau 2,5 atau 2 atau 1,5 atau 1
   f.Sabuk hitam (Kuro Obi), DAN 1 keatas (tanpa kyu)
2.Upacara tradisi karate dilakukan sebelum dan setelah latihan rutin, ujian dan demonstrasi pertandingan, rapat lengkap organisasi dan kongres.
3.Urut-urutan upacara tradisi karate :
   a.Pimpinan upacara adalah Majelis Sabuk Hitam yang mengambil tempat di depan barisan.
   b.Menyiapkan karateka berturut2 dari sabuk senior (senpai) sampai sabuk junior (kohai) dari kanan ke kiri.
   c.Pengucapan  sumpah karate oleh karateka senior (senpai)
   d.Menenangkan pikiran (mokusho)
   e.Penghormatan kappa bendera merah putih dan lambang FORKI dan lambang LEMKARI
   f.Penghormatan kepada sesama karateka dan tempat latihan (Dojo)   

Sejarah LEMKARI

SEJARAH LEMKARI

           LEMKARI didirikan oleh ANTON LESIANGI, dibantu Drs KARIYANTO DJOJONEGORO, bertepatan dengan berlangsungnya Kongres PORKI ke-III tgl 30 Agustus 1970 di Jakarta, dimana menghasilkan perpecahan dg terbentuknya 2 PORKI yaitu PORKI Sabeth (yg jg disebut PORKI Kongres) dan PORKI Anton.                    
          Kemudian pd hari yg sama, PORKI Sabeth menyatakan sbg Institut Karate-do Indonesia (INKAI) dg lambang yg sama dg Japan Karate Association (JKA) dan PORKI Anton menyatakan sbg Lembaga Karate-do Indonesia (LEMKARI), dg lambang yg sama dg aliran “SHOTOKAN”.
Secara organisatoris, LEMKARI disahkan pd tanggal 12 September 1972 pd Kongres I LEMKARI di Pandaan Jawa Timur yang juga merupakan Kongres PORKI ke-IV. Ketua Umum Pengurus Besar (PB) LEMKARI yg pertama adalah : Brigjen TNI Pur. Bayupati.               
           LEMKARI adalah Pendiri Utama FORKI, yang didirikan pd tanggal 22 Oktober 1972 di Jakarta, pada Kongres PORKI ke-IV, yang merupakan Kongres FORKI ke-I, dan terpilih Ketua Umum PB FORKI pertama adalah Jend. Purn. Widjojo Soejono.Perguruan ini bersifat Nasional dan Pengurus Besar (PB) berkedudukan di Jakarta.

Minggu, 18 Juni 2017

Sumpah Karate


SUMPAH KARATE

1.     Sanggup memelihara kepribadian

2.     Sanggup patuh pada kejujuran

3.     Sanggup mempertinggi prestasi

4.     Sanggup menjaga sopan santun

5.     Sanggup menguasai diri

Arti Lambang FORKI

Arti dan Makna logo FORKI

BENTUK  :
  • Segi Lima dengan garis atas dan garis bawah membentuk sudut
ARTI :
  1. Segi Lima melambangkan olahraa Karate yang dibina oleh FORKI, berdiri atas dasar semangat 17 Agustus 1945, berazaskan Pancasila dan Sumpah Karate.
  2. Tujuh buah lingkaran berwarna mera, melambangkan keolaragaan Karate dan Sapta Prasetya FORKI
WARNA :
  • Dasar kuning dengan kombinasi hitam diatas dengan tulisan FORK berwarna putih dan huruf K berwarna hitam, serta warna merah pada tujuhbuah lingkaran yang terletak dibawah gambar dibawah huruf K.
ARTI :
  1. Warna kuning melambangkan keagungan
  2. Warna hitam melambangan keteguhan tekad
  3. Warna merah melambangkan keberanian
  4. Warna putih melambangkan kesucian
  5. Gambar huruf K berwarna hitam menggambarkan seorang Karate-Ka yang sedang siap sedia

Arti Lambang Lemkari

Arti lambang Lemkari

Bentuk dan Gambar

  • Bentuk bulat melambangkan persatuan dan kesatuan yang universal dan memberi arti bahwa olahraga Karate yang dibina Lemkari dilandasi semangat revolusi 17 Agustus 1945 dan Pancasila.
  • Gambar harimau dalam posisi siap menerkam. Mencerminkan semangat karateka yang siap siaga dan sekali bergerak dapat mengalahkan lawan.

Warna

  • Putih pada dasar melambangkan kesucian Kuning pada gambar harimau melambangkan keagungan.
  • Hitam pada tulisan Lemkari melambangkan ketangguhan tekad.
  • Merah pada bulatan di luar gambar harimau melambangkan keberanian

Janji Wasit

Janji Wasit

Kami Wasit dan Juri FORKI berjanji:

1. Akan memimpin pertandingan ini dengan penuh rasa tanggung jawab dengan menjunjung tinggi Sumpah Karate

2. Akan memimpin pertandingan ini dengan adil dan tidak akan memihak kepada siapapun demi peningkatan prestasi Karate.

Aliran Karate

Aliran Karate

Deskripsi singkat berbagai aliran Karate

      Seperti telah disinggung diatas, ada banyak aliran Karate di Jepang, dan sebagian dari aliran-aliran tersebut sudah masuk ke Indonesia.
      Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam “4 besar JKF” adalah sebagai berikut:
1. Shotokan
      Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan – sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.
2. Goju-ryu
      Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa “dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan”. Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.
3. Shito-ryu
      Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Namun yang tercatat di soke/di Jepang ada 111 kata beserta bunkainya. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.
4. Wado-ryu
      Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
      Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam “4 besar JKF” antara lain adalah:
1. Kyokushin
      Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo). Aliran ini juga menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.
2. Shorin-ryu
      Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.
3. Uechi-ryu
      Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh dari beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan (Bangau Putih).

Sejarah Karate Indonesia

Sejarah Karate Indonesia

         Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembakli ke tanah air, setelah menyelesaikan pendidikannya di Jepang. Tahun 1963 beberapa Mahasiswa Indonesia antara lain: Baud AD Adikusumo, Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh mendirikan Dojo di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta.
Beberapa tahun kemudian berdatangan ex Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut mengembangkan karate di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia. Mereka-mereka ini antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969), Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967).
        Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil Kongres ke IV PORKI, terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI).
Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal dengan nama Pengurus Besar/PB. telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum dan periodisasi kepengurusannyapun mengalama 3 kali perobahan masa periodisasi yaitu ; periode 5 tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun 1972 – 1977) periodisasi 3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan periode tahun 1997 – 1980) dan periodisasi 4 tahun ( Berlaku sejak kongres tahun 1980 sampai sekarang).
         Adapun mereka-mereka yang pernah menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal (Umum) FORKI sejak tahun 1972 adalah sbb :
Periode/Masa Bakti Ketua Umum Sekretaris Jenderal/Umum Keterangan
1972 – 1977 Widjojo Suyono Otoman Nuh Kongres IV PORKI/FORKI 1972 di Jakarta
1977 – 1980 S u m a d i Rustam Ibrahim Kongres V FORKI 1977 di Jakarta
1980 – 1984 Subhan Djajaatmadja G.A. Pesik Kongres VI FORKI 1980 di Jakarta
1984 – 1988 R u d i n i Adam Saleh Kongres VII FORKI 1984 di Bandar Lampung
1988 – 1992 R u d i n i G.A. Pesik Kongres VIII FORKI 1988 di Jakarta
1992 – 1996 R u d i n i G.A. Pesik Kongres IX 1992 di Jakarta (Diperpanjang sd 1997)
1997 – 2001 W i r a n t o Drs. Hendardji -S,SH. Kongres X FORKI 1997 di Caringin Bogor Jawa Barat
2001 – 2005 Luhut B. Pandjaitan, MPA. Drs. Hendardji -S,SH. Konres XI FORKI 2001 di Jakarta
2005 – 2009 Luhut B. Pandjaitan, MPA. Drs. Hendardji -S,SH. Kongres XII FORKI 2005 di Jakarta
PERGURUAN KARATE ANGGOTA FORKI

Kata



 Kata

Kihon

Kihon

Sejarah Karate Dunia



SEJARAH KARATE DUNIA